Banner 468 x 60px

 

Saturday, June 18, 2016

Menyusuri Sejarah Asal Usul Gitar di Dunia

1 comments
Hasil gambar untuk gitarSejarah asal usul gitar diperkiran sudah ada sejak lama, karena ditemukannya sebuah ukiran batu berumur 3.300 tahun yang menggambarkan seorang penyair dari kerajaan Hittite sedang memegang sebuah alat musik yang berdawai, dan merupakan ikonografik tertua yang merepresentasikan chordophone. Kata “gitar” sendiri, sebelum adanya gitar elektrik dan barang-barang sintetis memiliki makna “sebuah soundboard datar yang terbuat dari kayu yang panjang, memiliki leher, dan sisi belakang yang juga datar.” Sebenarnya kata gitar sudah digunakan sejak lama untuk variasi panggilan dari chordophone sehingga menyebabkan kebingungan bagi banyak orang. Kata gitar dalam bahasa Indonesia merupakan adaptasi bahasa Inggris guitar yang berasal dari bahasa Arab Andalusia, qitara, yang sendirinya merupakan kata serapan dari bahasa Latin cithara, yang merupakan turunan dari bahasa Yunani Kuno.

Sejarah Gitar yang Mendunia

Meskipun tidak ada yang tahu secara pasti bagaimana sejarah asal usul gitar, para ahli sejarah berpendapat bahwa gitar merupakan keturunan dari kithara yang ada di Yunani, gittern yang ada di Eropa Barat, lyre, lute dari Eropa dan Timur Tengah, dan vihuela dari Spanyol. Dalam puisi yang berjudul The Book of Good Love, dideskripsikan juga dua alat musik awal yang bernama guitarra morisca dan guitarra latina. Alat musik yang bernama “gitar” sendiri pertama kali muncul dalam literatur pada abad ke-13. Meski begitu, kebanyakan dari catatan jaman medieval ini mendeskripsikan alat musik tersebut sebagai gittern.

Inkarnasi gitar modern pertama kali muncul pada jaman Renaissance. Gitar di masa itu memiliki empat pasang dawai yang diberi nama course. Gitar di jaman Renaissance juga memiliki banyak kesamaan dengan vihuela dari Spanyol yang merupakan sebuah alat musik dengan 6 course dengan tuning dan konstruksi yang sama. Pada tahun 1555, Juan Bermudo mempublikasikan Declaracion de Instrumentos Musicales, sebuah perjanjian yang didalamnya terkandung bagian tentang alat musik berdawai yang dipetik. Publikasi ini menguji hubungan antara gitar dah vihuela, dan juga membedakan antara gitar dengan 4 dan 5 course. Gitar dengan 4 course sendiri tidak mencapai titik dimana mereka bisa dihapuskan oleh gitar dengan 5 course hingga periode Baroque.

Hingga abad ke-16, vihuela menjadi alat musik yang amat populer di Spanyol dan Italia. Alat musik ini nampaknya memiliki pengaruh yang kuat baik dalam segi desain maupun tuning dari gitar-gitar 5 course yang pertama muncul di Spanyol pada pertengahan abad ke-16. Beberapa lama berselang, gitar dengan 5 course mulai perlahan-lahan menggantikan posisi gitar Renaissance yang memiliki 4 course, terutama di Spanyol. Gitar 5 course ini kemudian men-set tuning standar modern – A, D, G, B, E – sebagai string paling atas yang berlanjut hingga hari ini. Sejak pertengahan abad ke-18 hingga awal abad ke-19, gitar mulai berevolusi menjadi alat musik dengan 6 dawai. Gitar berdawai 6 pada masa itu tetap masih lebih kecil dibandingkan gitar modern.

Gitar klasik modern yang ada sekarang berhutang segalanya kepada Antonio de Torres. Konstruksi gitar-gitar ini dinilai sebagai standar dalam pembuatan alat musik tradisional sejak pertengahan abad ke-19. Gitar klasik kontemporer sendiri mengikuti jejak desain Smallman yang menggantikan fan brace dengan balsa brace yang lebih ringan, dipasangkan di bagian belakang dari papan suara dengan carbon fiber. Balsa brace ini memiliki pola honeycomb dan memungkinkan papan suara untuk menghasilkan lebih banyak mode getaran. Hal ini memungkinkan untuk gitar dapat memiliki suara yang lebih keras.

Pada perkembangannya, diadakan beberapa eksperimen untuk berusaha mengamplify getaran pada alat musik berdawai. Eksperimen ini telah dilakukan jauh sejak awal abad ke-20. Ada beberapa paten dari tahun 1910 yang menunjukkan pengadaptasian dan pengaplikasian pemancar untuk telepon yang diletakkan di dalam violin dan banjo demi mengamplify suaranya. Para pehobi gitar di tahun 1920 juga melakukan eksperimen-eksperimen ini, dimana mereka menggunakan mikropon carbon button yang diletakkan pada bridge. Sayangnya peletakkan mikropon tersebut malah menangkap getaran dari bridge di atas alat musik, sehingga menghasilkan sinyal yang buruk.

Sejarah asal usul gitar listrik sendiri awalnya didesain oleh para pembuat gitar dan pihak manufaktur alat musik. Beberapa gitar elektrik di masa awal mengadaptasi alat musik akustik yang berbadan kosong dan menggunakan tungsten pickup. Gitar elektrik pertama didesain pada tahun 1931 oleh George Beauchamp, seorang General Manager di National Guitar Corporation bersama dengan Paul Barth yang menjadi Vice President di tempat yang sama. Purwarupa yang diberi nama “Frying Pan” tersebut memiliki warna layaknya maple dan dibuat oleh Harry Watson, seorang Factory Superintendent dari National Guitar Corporation. Purwarpa tersebut mulai masuk ke tahap produksi komersil pada akhir musim panas tahun 1932 oleh Ro-Pat-In Corporation (singkatan dari Electro-Patent-Instrument Company Los Angeles), mitra bisnis Beauchamp, Adolph Rickenbacker, dan Paul Barth. Pada tahun 1934, perusahaan ini mengubah namanya menjadi Rickenbacker Electro Stringed Instrument Company.

Sepanjang masa perjalanan sejarah asal usul gitar, alat musik tersebut berkembang menjadi banyak tipe dan bisa dikategorikan menjadi dua kategori besar, yaitu akustik dan elektrik. Adapun tipe-tipe tersebut antara lain :
Gitar akustik
Gitar Renaissance dan Baroque
Gitar klasik
Gitar klasik dengan extended-range
Gitar flat-top
Gitar archtop
Gitar Selmer-Maccaferri
Gitar Dobro atau resonator atau resofonik
Gitar 12 dawai
Gitar Rusia
Gitar bas akustik
Guitarron
Gitar tenor
Gitar harpa
Gitar extended-range
Gitar battente
Gitar elektrik


sumber http://www.portalsejarah.com/menyusuri-sejarah-asal-usul-gitar-di-dunia.html
Read more...

Sejarah VOC di Indonesia

0 comments

Sejarah VOC di Indonesia merupakan bagian dari masa kolonisasi Eropa yang terjadi pada tahun 1512 hingga tahun 1850 dan berlanjut pada tahun 1945 hingga 1950. Setelah sebelumnya berhasil mengusir pergi Portugis, pihak Belanda mendirikan kantor cabang VOC di Indonesia dengan pos pertama yang mereka dirikan terletak di daerah Banten pada tahun 1603 dan di Jayakarta yang nantinya berubah nama menjadi Batavia pada tahun 1611. Meskipun tujuan awal mereka datang keIndonesia adalah untuk memonopoli tukar menukar rempah, mereka yang biasa menggunakan kekerasan untuk mendapatkan rempah kemudian mulai terlibat dalam masalah-masalah politik yang terjadi di sekitaran pulau Jawa sehingga tidak jarang mereka terlibat perang di beberapa daerah sebelum akhirnya dinyatakan bangkrut pada tahun 1800 dan segala kepentingan di Indonesia diserahkan kepada pemerintahan Hindia Belanda.



Awal Mula Tibanya VOC di Indonesia

Sejarah VOC di Indonesia mungkin tidak akan terjadi jika pada tahun 1596, anggota ekspedisi Belanda tidak kehilangan setengah kru kapalnya, tidak membunuh pangeran Jawa, dan tidak kehilangan kapal namun berhasil kembali ke Belanda dengan rempah yang banyak. Dari ekspedisi yang juga butuh biaya besar baik materi maupun nyawa pasukan mereka, pihak Belanda mendapatkan untung yang sangat besar dari penjualan rempah yang berhasil mereka dapatkan. Hal tersebut mendorong mereka untuk melakukan ekspedisi lagi dengan tujuan mendapatkan keuntungan yang jauh lebih tinggi. Demi menekan timbulnya pesaing yang akan memotong keuntungan mereka, pemerintah Belanda menyatukan para perusahaan perdagangan yang saling bersaing menjadi sebuah perusahaan besar dengan nama Vereenigde Oostindische Compagnie (Persatuan Dagang Hindia Timur, VOC). Pada tahun 1602, States-General Belanda memberikan VOC kebebasan untuk melakukan monopoli rempah di Asia selama 21 tahun, dan VOC juga dianugerahi kekuatan quasi-pemerintahan termasuk kemampuan untuk mengadakan perang, memenjarakan dan membunuh tawanan, membuat perjanjian, mengeluarkan uang, dan mendirikan koloni.


Sejarah VOC di Indonesia pertama kali tercatat ketika pada tahun 1603, mereka mendirikan pos perdagangan permanen di Banten yang terletak di bagian barat daya Jawa. Pos kedua mereka didirikan pada tahun 1611 di Jayakarta. Pada tahun 1604, pihak VOC kembali menjalankan pelayaran kedua mereka dan kali ini yang menjadi target adalah Maluku. Pada masa dimana banyak terjadi pendirian pos dagang ini, mulai terjadi kompetisi di sekitar Nusantara antara Inggris dan Belanda dalam hal akses terhadap rempah-rempah. Akhirnya, persetujuan diplomatis dan kerjasama antara Inggris dan Belanda mengenai perdagangan rempah berakhir dengan Pembantaian Ambon dimana 10 pasukan Inggris ditangkap, disiksa, dan dibunuh sebagai hasil dari konspirasi mereka kepada pemerintahan Belanda. Kejadian tersebut menuntut Inggris menarik seluruh pasukan yang telah mereka tempatkan di Indonesia kecuali Banten.


Pendudukan Absolut VOC akan Indonesia

Pada tahun 1610 hingga 1619, sejarah VOC di Indonesia terfokus pada posisi markas besar mereka yang berada di Ambon. Meskipun markas mereka ada di daerah yang merupakan pusat produksi rempah, daerah tersebut adalah area yang jauh dari rute dagang Asia dan aktivitas VOC lainnya yang membentang dari Afrika hingga Jepang. Karena hal ini, mereka mulai mencari daerah baru sebagai markas besar dan beberapa daerah mulai menjadi perhitungan. Salah satu daerah yang sempat mereka jadikan markas adalah selat Malaka yang dinilai strategis, tapi sayangnya Portugis sudah menduduki daerah tersebut dan membuatnya menjadi berbahaya. Baru pada tahun 1619 ketika Jan Pieterszoon Coen diangkat menjadi Gubernur Jenderal VOC, serangan terhadap Banten dilaksanakan dengan pasukan yang berisi 19 kapal, dan dari sisa-sisa Jayakarta, mereka membangun kota baru yang diberi nama Batavia sebagai markas baru.


Pada masa pemerintahan Coen, keberadaan VOC di Indonesia semakin kuat dengan idenya untuk membuat Batavia sebagai pusat dagang intra-Asia yang membentang dari Jepang ke Tiongkok, Burma, Kepulauan Indonesia, Ceylon, dan bahkan Persia. Hal ini ia peroleh dengan mempekerjakan prajurit sewaan dari Ambon dan buruh Tiongkok untuk mengembangkan ambisinya. Meskipun rencana ini tidak berhasil direalisasikan, Coen berhasil memperkuat kekuatan VOC di Indonesia dengan membuat aliansi bersama Sultan Ternate pada tahun 1607 untuk mengontrol produksi cengkeh, dan pendudukkan kepulauan banda memberi mereka kendali akan perdagangan pala. Pada tahun 1641, pihak Belanda juga berhasil mengambil alih Malaka dari Portugis dan memberikan mereka kontrol akan laut sekitar.


Pada pertengahan abad ke-17, Batavia telah menjadi pusat dagang yang penting. Beberapa kali juga kota tersebut telah berhasil menghalau serangan dari kerajaan Mataram. Pihak VOC juga berhasil menundukkan Makassar pada tahun 1667 dan mengambil alih pelabuhan di Sumatra pada tahun 1660, menyebabkan semakin kuatnya VOC di Indonesia. Pada masa-masa itu, VOC harusnya terfokus pada pendirian pos dagang baru dan sebisa mungkin menjauh dari urusan politik dari kerajaan manapun, tapi pada kenyataannya mereka terlalu jauh masuk dalam konflik internal Jawa.


Pada tahun 1740-an, mulai banyak pemberontakan terhadap VOC yang dimulai dengan pembantaian orang-orang etnis maupun keturunan Tionghoa pada 9 Oktober 1740. Bermula dari Mei tahun 1741, beberapa pos VOC mulai diserang dan dihancurkan. Pada bulan November 1741, Pakubuwono II mulai turun tangan membantu orang-orang Tionghoa untuk mengepung pos VOC dengan total pasukan 20.000 orang Jawa, 3.500 orang Tionghoa, dan 30 pucuk meriam. Pada tanggal 1 Januari 1800, Belanda kalah perang dan VOC dibubarkan karena beberapa alasan seperti kebangkrutan yang mengakhiri sejarah VOC di Indonesia.






Sumber http://www.portalsejarah.com/sejarah-voc-di-indonesia.html
Read more...

Sejarah Perang Mu’tah – 3.000 Pasukan Muslim Melawan 200.000 Pasukan Romawi

0 comments
Sejarah Perang Mu'tah

Pada sekitar abad ke-7 hingga ke-11, terjadi beberapa seri perang yang melibatkan Muslim Arab dengan kerajaan Romawi Timur atau yang disebut juga dengan kerajaan Byzantine. Peperangan besar ini terjadi ketika ekspedisi Muslim yang ada di bawah pimpinan Rashidun dan kekhalifahan Umayyad baru saja dimulai pada awal abad ke-7, dan dilanjutkan oleh penerusnya hingga pertengahan abad ke-11. Salah satu perang ini merupakan perang besar yang dikenal dengan nama perang Mu’tah. Sejarah perang Mu’tah – 3.000 pasukan Muslim melawan 200.000 pasukan Romawi sendiri dimulai pada tahun 8 Hijriah (sekitar tahun 629 Masehi) di sebuah desa di Mu’tah, bagian timur dari sungai Jordan dan Karak.






Linimasa Perang Mu’tah

Sejarah perang Mu’tah – 3.000 pasukan Muslim melawan 200.000 pasukan Romawi tidak akan dimulai tanpa sebelumnya ada sesuatu yang lebih besar, yaitu perselisihan antara pihak Byzantine dengan Muslim. Hal ini disebabkan oleh ledakan penduduk Arab dari Arab Peninsula pada tahun 630-an yang menyebabkan hilangnya sebagian besar area jajahan Byzantine di bagian selatan yaitu Syria dan Mesir yang berhasil direbut umat Muslim. Dalam rentang waktu 50 tahun, pasukan Muslim yang ada di bawah kekhalifan Umayyad yang agresif tak henti meluncurkan serangan berulang ke area Asia Minor yang saat itu menjadi daerah kekuasaan kerajaan Byzantine. Selain serangan, dua kali ancaman untuk penundukkan Konstantinopel juga dilayangkan.

Latar belakang perang Mu’tah sendiri terjadi ketika perjanjian Hudaybiyyah mengatur gencatan senjata antara kaum Quraish dan tentara yang mengatur kekuatan di Mekah. Badhan, pemerintah Sassani dari Yemen sudah mulai masuk Islam, begitu juga kaum-kaum yang ada di Arab Selatan, meningkatkan kekuatan militer di Madinah. Karena hal ini, Muhammad menjadi sedikit lebih bebas dan bisa fokus terhadap suku Arab yang ada di utara, yaitu Bilad al-Sham. Salah satu sejarawan Islam menyatakan bahwa pergerakan militer ke utara adalah karena perlakuan yang buruk pihak utara kepada utusan yang dikirim Muhammad, dimana utusan tersebut dibunuh. Yang menyebabkan kerajaan Byzantine ikut campur adalah karena kaum Bani Sulaym dan Dhat al Taih merupakan kaum yang ada dalam perlindungan Byzantine.

Sejarah perang Mu’tah – 3.000 pasukan Muslim melawan 200.000 pasukan Romawi dimulai ketika pada awal tahun 8 Hijriah (sekitar tahun 629 Masehi), Muhammad menggerakkan pasukannya menuju area Jumada al-Awwal untuk ekspedisi singkat dengan tujuan menyerang dan menghukum kaum yang membunuh utusannya. Pemimpin pasukan ini ialah Zayd ibnu Haritha, dengan Jafar ibnu Abi Talib dan Abdullah ibnu Rawahah tepat di bawahnya. Pemimpin Ghassanid dipercaya telah mengetahui tentang serangan yang direncanakan oleh Muhammad ini, sehingga ia mulai menyiapkan pasukannya dan meminta bantuan dari Byzantine. Ada dua versi tentang siapa yang memimpin pasukan besar dari Romawi ini, dimana salah satu versi mengatakan bahwa pemimpinnya adalah Heraclius langsung, dan versi lain adalah adik dari Heraclius, yaitu Theodorus.

Ketika pasukan Muslim tiba di area timur Jordan dan mengetahui ukuran tentara yang dibawa oleh pasukan Byzantine, mereka menjadi takut. Mayoritas dari mereka ingin menunggu sebentar dan menunggu bantuan dari Madinah datang, tapi kemudian Abdullah ibnu Rawahah mengingatkan mereka tentang keinginan jihad, dan mempertanyakan apakah baik jika mereka menunggu sedangkan apa yang mereka inginkan ada di depan mereka. Mendengar pernyataan dari Abdullah tersebut, hati para pasukan tergerak, dan segala keraguan yang menghantui mereka beberapa saat lalu mendadak hilang sehingga mereka berani untuk terus maju ke medan perang melawan pasukan yang jumlahnya hampir 67 kali jumlah mereka sendiri.


Pertikaian pertama antara pihak Muslim dan Byzantine yang membuka sejarah perang Mu’tah – 3.000 pasukan Muslim melawan 200.000 pasukan Romawi – terjadi di kamp mereka sendiri, di desa Musharif dimana mereka kemudian mundur ke Mu’tah. Baru di Mu’tah lah perang besar terjadi. Beberapa sumber Muslim mengatakan bahwa perang yang terjadi ini mengambil tempat di antara dua lembah dengan tinggi yang berbeda, dimana hal itu menetralkan superioritas jumlah yang dimiliki tentara Byzantine. Dalam perang ini, ketiga pemimpin pasukan Muslim tumbang satu persatu dimulai dari Zayd ibnu Haritha yang disusul oleh Jafar ibn Abi Talib dan Abdullah ibnu Rawahah setelahnya. Al-Bukhari melaporkan bahwa di bagian depan tubuh Jafar terdapat 50 luka tusuk. Melihat semangat tentara Muslim yang mulai menciut, Thabit ibnu Al-Arqam mengambil alih komando dan menyelamatkan pasukannya dari kehancuran total. Setelah perang selesai, para pasukan meminta Thabit menjadi pemimpin mereka yang ia tolak, dimana ia kemudian meminta Khalid ibnu al-Walid untuk memimpin.

Ketika perang, Khalid dilaporkan menggunakan 9 pedang yang seluruhnya rusak karena peperangan lanjutan yang terjadi sangatlah intens. Pada akhirnya, Khalid melihat bahwa situasi mereka sangat terdesak dan mulai bersiap untuk mundur. Ia terus mengonfrontasi Byzantine dalam pertikaian kecil, tapi menghindari pertikaian besar. Suatu malam, Khalid mengganti posisi pasukannya dan membawa rearguard yang telah dipasangkan bendera baru. Hal ini untuk membuat impresi bahwa ada pasukan tambahan yang dikirim dari Madinah. Khalid juga memerintahkan kepada para kavaleri untuk mundur ke belakang bukit pada malam hari agar gerakan mereka tidak diketahui oleh pihak Byzantine, dan kembali pada siang hari sambil menaikkan jumlah debu yang bisa mereka kumpulkan sebanyak mungkin. Hal ini menjadi bagian penutup sejarah perang Mu’tah – 3.000 pasukan Muslim melawan 200.000 pasukan Romawi – dimana pihak Byzantine percaya akan adanya pasukan yang menolong dari Madinah, dan memutuskan untuk mundur.


sumber : http://www.portalsejarah.com/sejarah-perang-mutah-3-000-pasukan-muslim-melawan-200-000-pasukan-romawi.html
Read more...

Sejarah Berdirinya Negara Palestina

0 comments
SEJARAH PALESTINA

Negara Palestina yang menyatakan kemerdekaannya pada tanggal 15 November 1988 ini memiliki sebuah kisah menarik di dalamnya. Yang pertama kali mendeklarasikan kemerdekaan negara ini adalah Organisasi Liberasi Palestina (PLO) di Algiers yang saat itu bertindak sebagai government-in-exile, sebutan bagi sebuah kelompok politik yang mengklaim diri mereka sebagai pemerintahan yang legit tapi tidak mampu menggunakan kekuatan mereka dan malah tinggal di negara lain. Daerah yang diklaim sebagai bagian dari negara Palestina ini adalah daerah Tepi barat dan Jalur Gaza, sementara Yerusalem ditentukan sebagai ibu kotanya. Meski begitu, sejak tahun 1967 hampir seluruh daerah yang diklaim oleh Palestina kini diduduki oleh tentara Israel sebagai hasil dari perang Enam Hari yang terjadi pada tanggal 5 hingga 10 Juni di tahun tersebut.





Sejarah Palestina Sebelum Era Modern

Sejarah berdirinya negara Palestina dimulai sejak periode purwa-Kanaan. Hal ini diperkuat dengan sebuah fosil manusia berumur lebih dari 1,5 juta tahun yang lalu pada era Pleistocene. Penemuan fosil tersebut ditemukan di Ubeidiya yang berjarak 3 km dari selatan Laut Galilee. Fosil ini diperkirakan merupakan bukti pertama tentang migrasi awal dari Homo erectus keluar dari Afrika. Pada tahun 1925 di sebuah goa bernama Goa Zuttiyeh juga ditemukan sisa-sisa makhluk hidup yang kemudian diberi nama “Manusia Palestina”. Di daerah selatan Nazareth, pada sebuah situs paleoanthropologis ditemukan 11 tengkorak Homo sapien yang telah menjadi fosil pada sebuah batu. Fosil yang kemudian setelah diteliti memiliki anatomi manusia modern tersebut ternyata berumur sekitar 90.000 hingga 100.000 tahun, dan banyak dari sisa tulangnya diwarnai menggunakan ochre merah yang biasa digunakan dalam proses penguburan.

Setelah periode purwa-Kanaan berlalu dan melewati dua fase masa perunggu, sejarah berdirinya negara Palestina berlanjut dengan periode Kerajaan Mesir Baru sekitar tahun 1550 hingga 1400 sebelum masehi dimana kota-kota Kanaan kini menjadi bagian dari kerajaan Mesir Baru yang melakukan ekspansi besar-besaran menuju daerah Levant dibawah Ahmose I dan Thutmose I. Seluruh urusan politik, komersil, dan militer yang ada di bagian akhir era ini dicatat oleh beberapa ambassador dan pemimpin proksi Kanaan untuk Mesir pada tahun 379 dengan menggunakan tablet yang dikenal dengan nama Surat-surat Amarna. Pada masa pemerintahan pertama dari pharaoh Seti I, beliau menjalankan sebuah misi untuk mengordinasi ulang Kanaan yang kini menjadi dalam aturan mesir hingga daerah Sabuk Shean dan memasang beberapa pemerintahan boneka untuk mengatur daerah tersebut. Pada tahun 1178 sebelum masehi, Ramesses III mengibarkan bendera perang melawan Sea People yang diberi nama Perang Djahy (Kanaan), dimana perang ini menjadi awal dari hilangnya kekuatan Kerajaan Baru Mesir di Levant, dan di saat yang sama merupakan runtuhnya era Perunggu.

Sejarah berdirinya negara Palestina kembali berlanjut menuju era Kerajaan Hellenik dengan penundukannya pada tahun 330 sebelum masehi oleh Alexander Agung setelah sebelumnya berhasil bertahan melalui periode independen Israelite, Philistine, dan Canaanite, periode di bawah pemerintahan kerajaan Neo-Syria dan Neo-Babilon, dan kerajaan Persia (Achaemenid). Pada tahun 323 hingga 301 sebelum masehi, tanah Palestina berulang kali diperintah oleh orang yang berbeda akibat perang Diadochi. Adapula pemimpin-pemimpin yang tertulis dalam sejarah berdirinya negara Palestina di masa itu termasuk Laomedon, Ptolemy I Soter, dan Antigonus I Monophthalmus. Pada tahun 321 sebelum masehi, Ptolemy I Soter membunuh anak dari Antigonus I dalam Perang Gaza, yaitu Demetrius I. Banyaknya angka perang yang terjadi pada era ini membuatah lanskapnya berubah-ubah dalam waktu yang ekstrim dengan perpindahan kekuatan yang sangat cepat terjadi. Hal lainnya yang terjadi adalah mulai banyak kota-kota berbenteng yang dibangun dengan alasan untuk menghalau pasukan musuh.

Negara Palestina di Era Modern

Era kerajaan Romawi yang mencatatkan bagian lain dalam sejarah berdirinya negara Palestina berlangsung selama 3 periode yaitu Romawi Iudea pada tahun 63 sebelum masehi yang kemudian dilanjutkan oleh periode Romawi Syria Palestina pada tahun 132 sebelum masehi, dan berakhir di sekitar tahun 630-an karena kekalahan pasukan Romawi dalam beberapa perang besar. Kekalahan pasukan Romawi juga membuka gerbang bagi masuknya kekhalifahan Muslim yang dipimpin oleh Rashidun dan Umayyad hingga tahun 968 sebelum akhirnya Kekhalifahan Fatimid menyerang. Kekhalifahan Fatimid hanya mampu bertahan hingga tahun 1054 dan mulai runtuh karena serangan dari para crusader saat Perang Salib.

Sejarah berdirinya negara Palestina moderen dimulai dari tahun 1516 ketika Ottoman Turki menduduki Palestina dan Istanbul ditunjuk sebagai pemerintah lokalnya. Kekuasaan akan Palestina terancam ketika Napoleon memulai perang di tahun 7 Maret hingga Juli tahun 1799. Penyerangan ini gagal dan berakhir saat Napoleon dibunuh oleh adiknya yang bekerja sama dengan Ottoman. Pada tanggal 10 Mei 1832, daerah Syria Ottoman dikuasai oleh ekspansionis Mesir di bawah pimpinan Muhammad Ali dalam perang Mesir-Ottoman di tahun 1831, meski begitu pihak Ottoman kembali melawan dan baru kalah ketika mereka bergabung dengan Kekaisaran Jerman dalam Perang Dunia I.

Dimulai dari sekitar tahun 2000-an, pihak Palestina yang daerahnya mulai diklaim oleh Israel mulai memberontak dan serangan pertama mereka dikenal sebagai Al-Aqsa Intifada. Pada tahun 2002, sebuah resolusi untuk pengakhiran konflik Israel-Palestina diajukan oleh Amerika, Uni Eropa, Rusia, dan PBB. Pada tahun 2004 juga George W. Bush meminta bahwa sebuah negara Palestina bisa hidup berdampingan dengan Israel. Pada tahun 2005, pasukan milisi Palestina mulai menembakkan roket Qassam ke arah Israel. Perang yang tak kunjung henti antara Palestina dan Israel ini menjadi bagian kelam dalam sejarah berdirinya negara Palestina.



sumber : http://www.portalsejarah.com/sejarah-berdirinya-negara-palestina.html
Read more...
 
Blog Asik Rame © 2017